Teknologi Rem ABS (Anti-Lock Braking Sistem)
Sistem rem anti terkunci atau anti-lock braking sistem (ABS) merupakan sistem pengereman pada mobil agar tidak terjadi penguncian roda ketika terjadi pengereman mendadak/keras. anti-lock braking sistem (ABS) berguna untuk meminimalkan kemungkinan roda mengunci ketika melakukan pengereman keras. Dengan begitu mobil masih bisa diarahkan untuk manuver menghindar.
Sistem
ini bekerja apabila pada mobil terjadi pengereman keras sehingga salah sebagian
atau semua roda berhenti sementara mobil masih melaju, membuat kendaraan tidak
terkendali sama sekali. Ketika sensornya mendeteksi ada roda mengunci, ia akan
memerintahkan piston rem untuk mengendurkan tekanan, lalu mengeraskannya
kembali begitu roda berputar. Proses itu berlangsung sangat cepat, bisa
mencapai 15 kali/detik. Efeknya adalah mobil tetap dapat dikendalikan dan jarak
pengereman makin efektif.
Sistem
rem ABS ini terintegrasi dengan komputer. Ketika pengemudi menginjak penuh
pedal rem, sensor kecepatan ABS di setiap roda akan membaca apakah ban mengunci
atau tidak.
Karena
berfungsi untuk mencegah roda tidak terkunci, komputer akan mengatur tekanan
hidraulis yang diterima oleh piston di kaliper rem. Itu sebabnya Anda akan
merasakan tendangan balik pada pedal rem saat pengereman mendadak (panic brake)
pada mobil ber-ABS.
Dari
kecepatan 50 km/jam di jalan kering, jarak pengereman hingga berhenti total
yang dibutuhkan Vios adalah 9,6 meter dengan waktu 1,36 detik. Sementara jarak
pengereman dari kecepatan 80 km/jam memerlukan 26,7 meter dalam 2,18 detik.
Manfaat Fitur ABS.
Kesalahan
persepsi pada fungsi rem menyebabkan redahnya pemahaman konsumen pada manfaat
rem ABS (Anti-lock Braking
System). Karena itu, tak mengherankan bila masih banyak konsumen
mobil yang menganggap sepele fungsi fitur rem ABS. Padahal, fitur ABS sangat
besar manfaatnya bagi keselamatan berkendara, terutama saat pengereman mendadak, terlebih dilakukan di jalan yang licin.
Sampai
detik ini pun banyak di antara pengemudi yang memahami rem sebagai penghenti
laju kendaraan. Padahal, fungsi rem hanyalah mengurangi putaran roda. Cobalah
Anda bayangkan, mengapa mobil yang berlari kencang masih meluncur ketika rem
sudah diinjak sedemikian dalamnya. Apalagi bila dilakukan dalam kondisi
lintasan basah atau berpasir.
Penyebab
masih meluncurnya mobil setelah di rem bukan karena roda yang masih berputar,
tapi diakibatkan gaya sentrifugal. Semakin kencang pergerakan mobil maka
semakin besar potensi gaya sentrifugal yang diterimanya ketika dilakukan
pengentian mendadak. Pada mobil tanpa fitur ABS gaya sentrifugal yang besar
bahkan mampu menyeret ban yang terkunci oleh rem.
Efek
dari gaya sentrifugal memang hanya melempar mobil lurus ke depan. Namun bisa
dibayangkan, bagaimana bila ketika gaya sentrifugal diterima mobil posisi roda
depan sedang dalam keadaan miring. Ya, mobil akan meluncur tak terkendali, bahkan
paling fatal mengakibatkan mobil terbalik.
Untuk
mengurangi gaya sentrifugal itulah maka tercipta rem ABS. Namun jauh sebelum
ABS ditemukan para pembalap telah menerapkan prinsif kerja rem ABS secara
manual. Para pembalap biasanya melakukan pengereman dari kecepatan tinggi
dengan cara menekan pedal rem secara bertahap, dalam reflek tinggi dan bobot
tekanan yang berbeda-beda.
Pengemudi
awam kerap memahami metode ini dengan melakukan tindakan “mengocok” rem. Namun
hampir sebagian besar dari mereka salah menerapkannya. Alhasil, tak ada manfaat
dari tindakannya itu.
Sebetulnya,
yang dilakukan pembalap tempo dulu (sebelum ditemukan ABS) sama dengan prinsip
sederhana kerja fitur ABS. ABS melakukan pengurangan laju secara gradual dengan
pengereman bertahap. Metode kerjanya dikontrol secara mekanis. Tujuannya, untuk
menghindari roda terkunci, sehingga potensi gaya sentrifugal yang akan
mendorong mobil ikut terkurangi.
Pada
mobil-mobil mahal, sistem ABS sudah dikontrol oleh teknologi komputer yang
cerdas. Beberapa mobil canggih bahkan bisa mengontrol besaran tekanan rem yang
dibutuhkan untuk masing-masing roda.
Namun
terkadang, tanpa di sadari, banyak pengendara mobil berfitur ABS masih
memperlakukan gaya pengereman “mengocok”. Tindakan ini sama sekali tidak dibutuhkan.
Sebaliknya bila hal ini dilakukan maka hanya akan membingungka sensor ABS yang
pada ujungnya mengurangi sensitifitas pengereman.
Cara Kerja Rem ABS + Piranti Pendukung EBD
Ide
dibalik teknologi ABS pada dasarnya sederhana. Biasanya saat rem diinjak secara
penuh, keempat roda kendaraan akan langsung mengunci. Setelah itu, mobil
meluncur lurus ke depan tak bisa dikendalikan dalam posisi membelok.
Ketidakstabilan itulah yang sering terjadi pada sistem rem nonABS. Hal seperti
itu, tentu menimbulkan risiko kecelakaan, apalagi bila di depannya ada
rintangan.
Lain
lagi dengan sistem ABS. Rem ini dirancang anti mengunci dengan tujuan untuk
mencegah selip. Selain itu, membantu pengemudi memantapkan kendali pada setir
dalam situasi pengereman mendadak. Dengan kata lain, ABS mencegah roda
kendaraan untuk mengunci, mengurangi jarak yang diperlukan untuk berhenti dan
memperbaiki pengendalian pengemudi di saat pengereman mendadak.
Proses
kerja ABS, yaitu saat pengemudi menginjak rem, keempat roda langsung mengunci.
Namun, saat pengemudi tiba-tiba membelokkan setir ke kiri atau ke kanan,
komputer secara otomatis melepas roda yang terkunci. Dengan sistem itu, maka
mobil bisa dikendalikan dan dihentikan, sekaligus menghindari rintangan di
depannya.
Cara
kerja ABS adalah mengurangi tekanan tiba-tiba minyak/oli rem pada kaliper
kanvas yang menjepit piringan rem atau teromol. Tekanan minyak rem disalurkan
secara bertahap. Sehingga secara perlahan-lahan kendaraan dapat dihentikan saat
pengereman mendadak.
Dalam
perkembangannya sistem ABS ternyata dianggap belum cukup, sehingga para pakar
otomotif pun mengembangkan teknologi pendukungnya. Piranti itu diberi nama EBD
yang dirancang dengan tujuan memperpendek jarak pengereman yaitu saat rem
diinjak sampai mobil benar-benar berhenti. EBD bekerja dengan memakai sensor
yang memonitor beban pada tiap roda. Proses kerjanya, jika rem diinjak, maka
komputer akan membagi tekanan ke setiap roda sesuai dengan beban yang
dipikulnya. Dampaknya jarak pengereman menjadi semakin pendek.
Kedua
piranti ABS dan EBD saling bekerja sama untuk meningkatkan keselamatan. Sensor
yang berada pada setiap roda memonitor kapan roda terkunci saat pengereman.
Setiap sensor memberikan sinyal ke piranti EBD untuk mengatur kapan harus
melepaskan tekanan hidrolis atau memberi tekanan kembali dalam waktu singkat.
Ketika rem diinjak dan roda berputar lambat, unit EBD menentukan roda mana yang akan mengunci. Unit EBD kemudian memberi sinyal untuk mengurangi tekanan pengereman agar roda kembali berputar, hingga mencegah roda mengunci.
Ketika rem diinjak dan roda berputar lambat, unit EBD menentukan roda mana yang akan mengunci. Unit EBD kemudian memberi sinyal untuk mengurangi tekanan pengereman agar roda kembali berputar, hingga mencegah roda mengunci.
Teknologi
rem berkembang semakin canggih. Rem tidak lagi hanya berfungsi pada saat
pengemudi menginjak pedal. Teknologi itu disebut electronic stability program
(ESP), atau traction control.Sensor khusus dipasang untuk mengontrol perputaran
tiap-tiap roda. Jika sebuah roda mengalami spin (berputar lebih cepat karena
roda tidak menapak di permukaan jalan/ tanah), maka rem akan segera
menghentikan roda itu.
Selanjutnya
torsi dipindahkan ke roda-roda yang menapak lebih baik, sampai roda yang
mengalami spin berfungsi kembali. Rem juga akan berfungsi saat mobil mengalami
understeer (terlambat menikung sehingga mobil keluar jalur) atau oversteer
(menikung terlalu cepat sehingga melintir).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar