Jumat, 24 Mei 2013

Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Team Achievement Division )Terhadap Kompetensi Dasar Menguasai Hukum Fluida Statis pada Mata Pelajaran Fisika



BAB I
PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang Masalah
Pelajaran fisika adalah salah satu dari pelajaran yang berada dalam ilmu sains. Cara penyampaian kepada siswa yang dilakukan oleh guru dalam pelajaran fisika harus benar – benar sesuai dengan fakta yang ada. Oleh karena itu, materi yang ada dalam pembelajaran biologi harus dijelaskan secara terperinci karena apabila tidak maka akan terjadi kesalahan terhadap penjelasan dan mungkin bisa disalah artikan dalam ilmunya.
Berdasarkan pengamatan, pembelajaran pada mata pelajaran fisika khususnya pada kompetensi dasar menguasai hukum fluida statis masih banyak guru yang  menggunakan metode ceramah disertai mencatat ini, masih berlangsung satu arah karena kegiatan terpusat pada guru. Guru menjelaskan materi pelajaran sedangkan siswa mendengarkan dan mencatat. Hal ini menyebabkan siswa yang belum jelas tidak terdeteksi oleh guru.

Ketika diberi kesempatan untuk bertanya hanya sedikit siswa yang melakukannya. Hal ini karena siswa takut atau bingung mengenai apa yang mau ditanyakan. Selain itu siswa kurang terlatih dalam mengembangkan ide-idenya dalam memecahkan masalah. Untuk mengatasi masalah tersebut diperlukan model pembelajaran yang tepat, dimana dalam proses belajar mengajar guru hendaknya memberikan kesempatan yang cukup kepada siswa untuk terlibat aktif dalam pembelajaran, karena dengan keaktifan ini siswa dapat lebih memahami, mendalami dari pengalaman yang ia peroleh dengan keaktifannya.

Pembelajaran kooperatif pada dasarnya adalah strategi atau siasat dalam membelajarkan siswa. Artinya, bagaimana mengoptimalkan siswa dalam melaksanakan aktivitas belajarnya agar mereka menguasai belajar dan instruksional yang harus dicapainya. Dengan demikian pembelajaran kooperatif bukan tujuan melainkan alat, sarana, cara untuk mencapai tujuan.

Disamping ditentukan oleh metode pembelajaran, keberhasilan proses belajar mengajar juga ditentukan oleh intensitas belajar siswa. Bagi siswa yang memiliki intensitas belajar yang tinggi maka akan cenderung mendapatkan hasil belajar yang baik, namun bagi siswa yang kurang atau tidak memiliki intensitas belajar maka cenderung akan memiliki hasil belajar yang kurang.

Alternatif yang digunakan yaitu menggunakan model pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Team Achievement Division) agar mengoptimalkan siswa dalam melaksanakan aktivitas belajarnya untuk lebih mudah memahami dan menguasai kompetensi dasar menguasai hukum fluida statis pada mata pelajaran fisika. Penelitian ini digunakan untuk menerapkan strategi pemecahan masalah sebagai jawaban dari permasalahan. Pada model pembelajaran kooperatif tipe STAD ini siswa dikelompokkan ke dalam kelompok kecil yang disebut tim. Kelompok kecil yang heterogen dengan latar belakang cara berpikir yang berbeda untuk saling membantu terhadap siswa lain yang membutuhkan bantuan. Dalam model ini, diterapkan bimbingan antar teman, yaitu siswa yang pandai bertanggung jawab kepada siswa yang lemah. Kemudian seluruh kelas diberikan presentasi materi pelajaran sesuai dengan kompetensi dasar. Siswa kemudian diberikan tes. Nilai-nilai individu digabungkan menjadi nilai tim..

B. Identifikasi masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan yang terjadi, beberapa permasalahan yang ada, antara lain:
1.    Metode pembelajaran ceramah yang diterapkan oleh guru terhadap kompetensi dasar menguasai hukum fluida statis pada mata pelajaran fisika kurang dapat membantu siswa dalam keterlibatan pembelajaran, sehingga perlu dicari metode pembelajaran lain.

C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan yang dapat diidentifikasi maka dalam penelitian ini difokuskan untuk pencarian metode pembelajaran yang lebih efektif untuk meningkatkan keterlibatan siswa dalam pembelajaran terhadap kompetensi dasar menguasai hukum fluida statis pada mata pelajaran fisika , dalam hal ini akan diterapkannya model pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Team Achievement Division)

D. Perumusan Masalah
Dengan mengacu pada batasan masalah di atas, dapat dirumuskan masalah, antara lain:
1.    Bagaimanakah pengaruh model pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Team Achievement Division) terhadap kompetensi dasar menguasai hukum fluida statis pada mata pelajaran fisika ?

E. Tujuan Umum Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini antara lain:
1.   Untuk mengetahui bagaimana pengaruh model pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Team Achievement Division) terhadap kompetensi dasar menguasai hukum fluida statis pada mata pelajaran fisika .

F. Manfaat Penelitian
1.   Dapat memberikan kontribusi pada dunia model pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Team Achievement Division) terhadap kompetensi dasar menguasai hukum fluida statis pada mata pelajaran fisika.

BAB II
Deksripsi Teori, Penelitian yang Relevan, Kerangka Berpikir dan Pengajuan Hipotesis

2.1. Deskripsi Teori
A.  Pengertian Model Pembelajaran
Pemilihan model dan metode pembelajaran menyangkut strategi dalam pembelajaran. Strategi pembelajaran adalah perencanaan dan tindakan yang tepat dan cermat mengenai kegiatan pembelajaran agar kompetensi dasar dan indicator pembelajarannya dapat tercapai. Pembelajaran adalah upaya menciptakan iklim dan pelayanan terhadap kemampuan, potensi, minat, bakat, dan kebutuhan peserta didik yang beragam agar terjadi interaksi optimal antara guru dengan siswa serta antara siswa dengan siswa (Suyitno, 2002:28). Jadi, pada prinsipnya strategi pembelajaran sangat terkait dengan pemilihan model dan metode pembelajaran yang dilakukan guru dalam menyampaikan materi bahan ajar kepada para siswa. Pada saat ini banyak dikembangkan model-model pembelajaran, membuat model pembelajaran yang dapat diterapkan oleh para guru sangat beragam.
B.  Pengertian Kooperatif
Tujuan pada kooperatif itu sendiri adalah keberhasilan seseorang dalam mencapai sesuatu karena keberhasilan orang lain, dalam hal ini peran penting dari orang lain sangat berperan penting.
C.  Pengertian Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif (Cooperative Learning) mencakup suatu kelompok kecil siswa yang bekerja sebagai sebuah tim untuk menyelesaikan suatu masalah, menyelesaikan suatu tugas atau mengerjakan sesuatu untuk mencapai tujuan bersama lainnya. Bukanlah pembelajaran kooperatif jika siswa duduk bersama dalam kelompok-kelompok kecil dan mempersilakan salah seorang diantaranya untuk menyelesaikan pekerjaaan seluruh kelompok. Pembelajaran kooperatif menekankan pada kehadiran teman sebaya yang berinteraksi antar sesamanya sebagai sebuah tim dalam menyelesaikan atau membahas sebuah masalah atau tugas.
Slavin (1984) mengatakan bahwa Cooperative Learning adalah satu model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari 4 sampai 6 orang. Dengan struktur kelompoknya yang bersifat heterogen. Selanjutnya dikatakan juga, keberhasilan belajar dari kelompok tergantung pada kemampuan dan aktivitas anggota kelompok, baik secara individual maupun secara kelompok.
Pembelajaran kooperatif lebih dari sekedar belajar kelompok atau kelompok kerja, karena belajar dalam model pembelajaran ini harus ada “struktur dorongan dan tugas yang bersifat kooperatif” sehingga memungkinkan terjadinya interaksi secara terbuka dan hubungan – hubungan yang bersifat interdependensi yang efektif di antara anggota kelompok (Slavin, 1983;Stahl, 1994).
Di samping itu, pola hubungan kerja seperti itu memungkinkan timbulnya persepsi yang positif tentang apa yang dapat mereka lakukan untuk berhasil berdasarkan kemampuan dirinya secara individual dan sumbangsih dari anggota lainnya selama mereka belajar secara bersama-sama dalam kelompok. Stahl (1994) mengatakan bahwa model pembelajaran cooperative learning menempatkan siswa sebagai bagian dari suatu sistem kerja sama dalam mencapai suatu hasil yang optimal dalam belajar. Model pembelajaran ini berangkat dari asumsi mendasar dalam kehidupan masyarakat, yaitu “getting together”, atau “raihlah yang lebih baik secara bersama-sama” Slavin, 1992)
Berikut langkah – langkah dan peran guru dalam mengaplikasian pembelajaran kooperatif :
No.
Langkah-langkah
Peran Guru
1
Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dan memberi motivasi siswa agar dapat belajar dengan aktif dan kreatif

2
Menyajikan informasi
Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan cara demonstrasikan atau lewat bahan bacaan

3
Mengorganisasikan siswa dalam kelompok-kelompok
Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien
4
Membimbing kelompok bekerja dan belajar
Guru membimbing kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas-tugas

5
Evaluasi
Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang dipelajari dan juga terhadap presentasi hasil kerja masing-masing kelompok

6
Memberi penghar-gaan
Guru mencari cara-cara untuk menghargai upaya atau hasil belajar individu maupun kelompok


Ciri-ciri Pembelajaran Kooperatif
a.    Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi belajarnya.
b.    Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang, dan rendah.
c.    Anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, jenis kelamin berbeda-beda.
d.    Penghargaan lebih berorientasi kelompok ketimbang individu.

Tujuan Pembelajaran Kooperatif
a.    Hasil Belajar Akademik.
b.    Penerimaan terhadap perbedaan individu
c.    Pengembangan Ketrampilan Sosial


D. Pengertian model pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

Model pembelajaran Kooperatif Tipe STAD ini merupakan salah satu tipe dari model pembelajaran kooperatif dengan menggunakan kelompok – kelompok kecil dengan jumlah anggota tiap kelompok 4 – 5 orang siswa secara heterogen

 Model ini dipandang sebagai metode yang paling sederhana dan langsung dari pendekatan pembelajaran kooperatif. Metode ini paling awal ditemukan dan dikembangkan oleh para peneliti pendidikan di John Hopkins Universitas Amerika Serikat dengan menyediakan suatu bentuk belajar kooperatif.

Di dalamnya siswa diberi kesempatan untuk melakukan kolaborasi dan elaborasi dengan teman sebaya dalam bentuk diskusi kelompok untuk memecahkan suatu permasalahan” (Arindawati, 2004: 83 - 84).

Slavin (dalam Nur,2000:26) menyatakan bahwa pada STAD siswa ditempatkan dalam tim belajar beranggotakan 4-5orang yang merupakan campuran menurut tingkat prestasi, jenis kelamin dan suku. Guru menyajikan pelajaran dan kemudian siswa bekerja dalam tim mereka memastikan bahwa seluruh anggota tim telah menguasai pelajaran. Kemudian seluruh siswa diberikan tes tentang materi, pada tes mereka tidak diperbolehkan saling membantu.

Seperti halnya pembelajaran lainnnya , pembelajaran kooperatif tipe STAD ini juga membutuhkan persiapan yang matang sebelum kegiatan pembelajaran dilaksanakan.

Persiapan -   persiapan tersebut antara lain :
                                                                                                           
A. Perangkat pembelajaran
B. Membentuk Kelompok Kooperatif
C. Menentukan skor awal
D. Pengaturan tempat duduk
E.Kerja kelompok

Langkah – langkah pembelajaran kooperatif tipe STAD didasarkan pada langkah – langkah kooperatif yang terdiri atas enam langkah atau fase.Fase – fase dalam pembelajaran seperti disajikan dalam tabel :




Fase
Kegiatan Guru
1
Fase 1
Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa
Guru menyampaikan semua tujuan pembelajaranyang ingin dicapai pada pelajaran ke siswa dan memotivasi siswa dalam belajar


2
Fase 2
Menyajikan / menyampaikan informasi
Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan mendemonstrasikan atau lewat bahan bacaan

3
Fase 3
Mengorganisasikan siswa dalam kelompok – kelompok belajar
Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien
4
Fase 4
Membimbing kelompok bekerja dan belajar

Guru membimbing kelompok – kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka
5
Fase 5
Evaluasi



Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah diajarkan atau masing – masing kelompok mempesentasikan hasil kerjanya
6.
Fase 6
Memberikan penghargaan
Guru mencari cara – cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok


Penghargaan atas keberhasilan kelompok dapat dilakukan oleh guru dengan melakukan tahapan – tahapan sebagai berikut :
A.   Menghitung skor individu
Menurut Slavin (dalam Ibrahim,dkk.2000) untuk memberikan skor perkembangan individu dihitung seperti pada tabel :

Perhitungan Skor Perkembangan

Nilai Tes
Skor Perkembangan
Lebih dari 10 poin dibawah skor awal ...
10 poin dibawah sampai 1 poin dibawah skor awal ....
Skor awal sampai 10 poin diatas skor awal ...
Lebih dari 10 poin diatas skor awal ...
Nilai sempurna ( tanpa memperhatikan skor awal ) ...
0 poin
10 poin

20 poin

30 poin

30 poin



B.   Menghitung Skor Kelompok

Skor kelompok ini dihitung dengan membuat rata – rata skor perkembangan anggota kelompok, yaitu dengan menjumlah semua skor perkembangan yang diperoleh anggota kelompok dibagi dengan jumlah anggota kelompok. Sesuai dengan rata – rata skor perkembangan kelompok, diperoleh kategori skor kelompok seperti pada tabel :


Tingkat Penghargaan Kelompok

Rata – rata tim
Predikat
0 ≤ x ≥ 5
5 ≤ x ≤ 15
15 ≤ x ≤ 25
25 ≤ x ≤ 30
-
Tim baik
Tim hebat
Tim super
Sumber : Ratumanan,2002

C.   Pemberian hadiah dan pengakuan skor kelompok
Setelah masing – masing kelompok memperoleh predikat, guru memberikan hadiah / penghargaan kepada masing – masing kelompok sesuai dengan predikatnya.

Dari tinjauan tentang pembelajaran kooperatif tipe STAD ini menunjukan bahwa pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan tipe pembelajaran kooperatif yang cukup sederhana. Dikatakan demikian karena kegiatan pembelajaran yang dilakukan masih dekat kaitannya dengan pembelajaran konvensional. Hal ini dapat dilihat pada fase 2 dari fase – fase pembelajaran kooperatif tipe STAD, yaitu adanya penyajian informasi atau materi pelajaran. Perbedaan model ini dengan model konvensional terletak pada adanya pemberian penghargaan pada kelompok.


E.  Pengertian Kompetensi Dasar
Kompetensi merupakan perpaduan dari pengetahuan, ketrampilan nilai dan sikap yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak. Dalam hal ini kompetensi diartikan sebagai pengetahuan, ketrampilan dan kemampuan yang dikuasai oleh seseorang yang telah menjadi bagian dari dirinya, sehingga ia dapat melakukan perilaku kognitif, afektif, dan psikomotorik dengan sebaik-baiknya. Hal ini menunjukkan bahwa kompetensi mencakup tugas, ketrampilan, sikap dan apresiasi yang harus dimiliki oleh peserta didik untuk dapat melaksanakan tugas-tugas pembelajaran sesuai dengan jenis pekerjaan tertentu. 
Dalam kurikulum kompetensi sebagai tujuan pembelajaran itu dideskripsikan secara eksplisit, sehingga dijadikan standart dalam pencapaian tujuan kurikulum. Baik guru maupun siswa perlu memahami kompetensi yang harus dicapai dalam proses pembelajaran. Pemahaman ini diperlukan dalam merencanakan strategi dan indicator keberhasilan. Ada beberapa aspek didalam kompetensi sebagai tujuan, antara lain:
  1. Pengetahuan (knowlegde) yaitu kemampuan dalam bidang kognitif
  2. Pemahaman (understanding) yaitu kedalaman pengetahuan yang dimiliki setiap individu 
  3. Kemahiran (skill) 
  4. Nilai (value) yaitu norma-norma untuk melaksanakan secara praktik tentang tugas yang dibebankan kepadanya
  5. Sikap (attitude) yaitu pandangan individu terhadap sesuatu
  6. Minat (interest) yaitu kecenderungan individu untuk melakukan suatu perbuatan
Sesuai aspek diatas maka tampak bahwa kompetensi sebagai tujuan dalam kurikulum yang bersifat kompleks artinya kurikulum berdasarkan kompetensi bertujuan untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman kecakapan, nilai, sikap dan minat siswa agar mereka dapat melakukan sesuatu dalam bentuk kemahiran disertai tanggung jawab. Dengan demikian tujuan yang ingin dicapai dalam kompetensi ini bukanlah hanya sekedar pemahaman akan materi pelajaran, akan tetapi bagaimana pemahaman dan penguasaan materi itu dapat mempengaruhi cara bertindak dan berperilaku dalam kehidupan sehari-hari. 
Sehingga Kompetensi Dasar adalah pengetahuan, ketrampilan dan sikap minimal yang harus dikuasai oleh peserta didik dalam penguasaan materi pelajaran yang diberikan dalam kelas pada jenjang pendidikan tertentu. Juga merupakan perincian atau penjabaran lebih lanjut dari standar kompetensi. Adapun penempatan komponen Kompetensi Dasar dalam silabus sangat penting, hal ini berguna untuk mengingatkan para guru seberapa jauh tuntutan target kompetensi yang harus dicapainya. Kompetensi dasar dirumuskan dengan menggunakan kata – kata kerja operasional, yaitu kata kerja yang dapat diamati dan diukur.

2.2. Penelitian yang Relevan
Sebelum melakukan penelitian ini, peneliti telah menelusuri beberapa hasil penelitian terdahulu yang memiliki keterkaitan dengan penenlitian yang peneliti lakukan ini. Dari beberapa contoh judul penelitian terdahulu memang memiliki keterkaitan dari segi masalah yaitu mencari tahu tentang hubungan dan pengaruh akan tetapi objek dan sasarannya yang berbeda. Oleh karena itu peneliti memilih masalah tentang Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Terhadap Kompetensi Dasar Menguasai Hukum Fluida Statis pada Mata Pelajaran Fisika.
2.3. Kerangka Berpikir
Metode pembelajaran merupakan salah satu komponen dalam pembelajaran yang mempunyai arti kegiatan-kegiatan guru selama proses pembelajaran berlangsung. Semakin tepat memilih metode pembelajaran diharapkan makin efektif dalam mencapai tujuan. Oleh karena itu guru perlu memperhatikan dalam memilih metode pembelajaran sehingga jangan sampai keliru dalam menentukan metode pembelajaran yang berakibat kurang efektifnya pembelajaran di sekolah.
Kompetensi dasar adalah pengetahuan, keterampilan dan sikap yang minimal harus dikuasai peserta didik untuk menunjukan bahwa siswa telah menguasai standar kompetensi yang ditetapkan.
Metode pembelajaran model STAD merupakan model pembelajaran yang mempunyai strategi pembelajaran penerapan bimbingan antar teman. Melalui metode ini siswa diajak belajar mandiri, dilatih untuk mengoptimalkan kemampuannya dalam menyerap informasi ilmiah yang dicari, dilatih menjelaskan temuannya kepada pihak lain dan dilatih untuk memecahkan masalah.
Melalui metode ini siswa diajak lebih berpikir dan memahami materi pelajaran fisika khususnya pada kompetensi dasar menguasai hukum fluida statis dengan tidak hanya mendengar, menerima dan mengingat - ingat saja. Namun dengan model ini keaktifan, kemandirian, ketrampilan siswa meningkat dan tentu saja dengan model Pembelajaran Tipe STAD dapat membantu siswa dalam menguasai kompetensi dasar pada hukum fluida Statis dengan bantuan dari teman. Oleh karena itu penulis beranggapan bahwa kompetensi dasar menguasai hukum fluida statis tepat apabila disampaikan dengan menggunakan model pembelajaran STAD.

2.3. Hipotesis Penelitian
Karena masalah yang diteliti merupakan usaha untuk mencari ada tidaknya pengaruh, maka ada 2 hipotesis yang muncul, yakni :
1. Hipotesis Kerja ( Ha )
            Adanya pengaruh Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Terhadap Kompetensi Dasar Menguasai Hukum Fluida Statis pada Mata Pelajaran Fisika.
2. Hipotesis Nihil ( Hi )
            Tidak ada pengaruh Model Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Terhadap Kompetensi Dasar Menguasai Hukum Fluida Statis pada Mata Pelajaran Fisika.


BAB III
Metodologi Penelitian
Metode penelitian adalah cara-cara atau langkah-langkah yang akan dilakukan dalam penelitian. Dalam penelitian untuk mendapatkan kebenaran yang representatif dan mengarah pada tujuan harus memilih prosedur secara tepat. Memilih prosedur penelitian yang tepat merupakan bagian yang ikut menentukan tingkat kesahihan hasil penelitian. Oleh karena itu penjelasan mengenai prosedur penelitian sebagai pertanggungjawaban metode yang digunakan sangat diperlukan.
3.1 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian yang dilakukan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Team Achievement Division) terhadap kompetensi dasar menguasai hukum fluida statis pada mata pelajaran fisika.
3.2 Waktu dan Lokasi Penelitian
            Yang menjadi lokasi pada penelitian ini adalah siswa kelas 3 SMA Negeri 5 Bekasi, alasan memilih SMA Negeri 5 Bekasi kelas 3  dikarenakan faktor lokasi dan keadaan dimana peneliti merasa perlu melakukan penelitian ini. Rencana dan waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan penelitian ini selama 3 bulan, mulai dari bulan Januari dan berakhir pada bulan Maret 2013. Penelitian ini bertempat di SMA Negeri  5 Bekasi.
Jadwal Penelitian
No
Tahapan Kegiatan
Waktu Pelaksanaan
Januari ‘13
Februari ‘13
Maret ‘13
1
Persiapan



2
Observasi



3
Angket



4
Dokumentasi







3.3 Variabel Penelitian
1.    Variabel Terikat
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Team Achievement Division )

2.    Variabel Bebas
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah kompetensi dasar menguasai hukum fluida statis pada mata pelajaran fisika.
3.4 Metode Penelitian
Metode penelitian merupakan rencana tentang cara mengumpulkan dan menganalisis data agar dapat dilaksanakan secara ekonomis serta serasi dengan tujuan penelitian itu. Penelitian ini merujuk proses penelitian yang telah disampaikan oleh Kemmis & Taggart, yang meliputi persiapan, implementasi tindakan, observasi dan interpretasi, dan refleksi.
Dari langkah-langkah penelitian menurut Kemmis & Taggart, maka peneliti melakukan langkah-langkah tindakan yaitu :
1. Persiapan
Persiapan yang dilakukan peneliti disusun untuk memperbaiki, meningkatkan proses dan hasil belajar di kelas pada mata pelajaran fisika khususnya pada kompetensi dasar menguasai hukum fluida statis.
 Persiapan yang dilakukan oleh peneliti meliputi :

a.    Observasi
Observasi dilakukan oleh peneliti untuk mengetahui permasalahan-permasalahan yang terjadi di dalam kegiatan belajar – mengajar di kelas pada mata pelajaran fisika.
  1. Identifikasi Permasalahan
Dari permasalahan yang dapat diidentifikasi, peneliti memilih sebuah permasalahan yang dapat dijadikan sebagai bahan penelitian untuk meningkatkan kualitas pembelajaran pada kompetensi dasar menguasai hukum fluida statis dalam mata pelajaran fisika.
c.    Dialog Awal

Dialog awal dilakukan oleh peneliti dan guru untuk mencari jalan keluar dari permasalahan yang telah diobservasi dan ditentukan, dan juga tindakan-tindakan yang akan dilakukan oleh guru untuk dapat meningkatkan minat belajar siswa dengan metode belajar kooperatif.
Dalam dialog awal membicarakan model dan alternatif pembelajaran yang akan dipraktekkan dan dikembangkan, sehingga diperoleh kesepakatan untuk menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD pada kompetensi dasar menguasai hukum fluida statis dalam mata pelajaran fisika.

2. Perencanaan Tindakan Pembelajaran

Perencanaan ini merujuk dari hasil dialog awal antara peneliti dan guru yang lebih berpengalaman terhadap siswa yang akan diberikan tindakan. Dan hasil dari dialog awal tadi telah ditemukan masalah-masalah dan juga metode pembelajaran yang dapat dilakukan pada kompetensi dasar menguasai hukum fluida statis. Sehingga disusunlah perencanaan tindakan-tindakan yang akan diberikan kepada siswa, yaitu:


Menyampaikan prosedur dari metode pembelajaran kooperatif tipe STAD, agar siswa mengetahui dan mulai belajar menggunakan metode tersebut.
a.    Guru membagi 4 – 6 siswa dalam satu kelompok secara acak dengan perbedaan tingkatan prestasi belajar dan keaktifannya.
b.    Guru menyampaikan materi ajar sesuai dengan komptensi dasar menguasai hukum fluida statis  yang telah disusun dengan menggunakan prosedur model pembelajaran STAD.
c.    Guru memberikan pertanyaan kepada siswa dalam kelompok untuk dijawab. Siswa diberikan waktu untuk bertanya kepada teman lain dalam kelompok, dan saling bertukar pendapat antar siswa. Sebagai contoh siswa diberi 3 pertanyaan untuk dikerjakan, setelah tiga pertanyaan dikerjakan siswa dapat kembali mengerjakan 3 soal berikutnya. Guru juga akan memberikan tugas bagi kelompok untuk dikerjakan.
d.    Penilaian akan diberikan dengan melihat hasil nilai rata-rata tiap siswa dan tugas kelompok.

3. Implementasi Tindakan

Implementasi tindakan adalah apa yang akan dilakukan oleh peneliti sebagai upaya untuk memperbaiki dan meningkatkan kondisi pembelajaran yang ada sehingga kondisi yang diharapkan dapat tercapai.
Pelaksanaan tindakan yang dilakukan oleh guru yang akan diobservasi. Guru menjadi mitra atau action research, karena guru berfungsi sebagai pengelola kegiatan belajar mengajar. Sehingga yang akan tampil sebagai aktor utama dalam tindakan ini adalah guru kelas.
Pada tahap ini dalam pelaksanaan pengajaran di kelas lebih mengarah pada substansi yang menjadi permasalahan pokok yaitu pengaruh model pembelajaran tipe STAD terhadap kompetensi dasar menguasai hukum fluida statis pada mata pelajaran fisika.

4. Observasi dan Interpretasi

Peneliti mengamati hasil dan dampak dari tindakan yang telah dilakukan. Observasi adalah upaya merekam segala peristiwa dan kegiatan yang terjadi selama tindakan itu berlangsung. Observasi ini harus bersifat terbuka dan pemikirannya. Observasi terhadap proses tindakan yang sedang dilaksanakan untuk mendokumentasikan pengaruh tindakan yang dilaksanakan, berorientasi kemasa yang akan datang bagi kegiatan refleksi.
Pada waktu observasi dilakukan, observer mengamati proses pembelajaran pada kompetensi dasar menguasai hukum fluida statis dan mengumpulkan data mengenai segala sesuatu yang terjadi pada proses pembelajaran tersebut baik yang terjadi pada guru, siswa maupun situasi kelas, perlu diingat bahwa observer hanya mencatat apa yang dilihat dan didengar bukan memberikan penilaian.

5. Refleksi

Data hasil pengamatan dan evaluasi selanjutnya dianalisis secara diskriptif untuk melakukan refleksi. Dalam kegiatan refleksi ini, peneliti melakukan diskusi dengan guru untuk melihat kendala yang dialami siswa dalam pembelajaran tentang kompetensi dasar menguasai hukum fluida statis, dan mencari solusi bagaimana cara yang tepat untuk mengatasi kendala tersebut. Yang terpenting, dalam refleksi ini peneliti melakukan evaluasi terhadap apa yang telah dilakukan, apakah telah sesuai dengan rancangan skenario yang telah dibuat. Jika ternyata belum sesuai dengan yang diharapkan maka perlu adanya rancangan ulang berupa perbaikian, modifikasi dan atau jika dirasakan sangat perlu, maka akan disusun skenario baru untuk melakukan siklus berikutnya.
3.5 Teknik Pengambilan Sampel
            Penelitian ini populasinya  homogen (siswa), maka penelitian ini adalah penelitian sampel. Menentukan besarnya sampel menggunakan rumus Slovin (dalam Umar, 2003: 120).
     n  =        N
              1 + N e2
di mana:
1  = konstanta 
n  = ukuran sampel 
N  = ukuran populasi
e2 = kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel yang dapat ditolerir.
Diketahui :
1  = konstanta 
n  = ukuran sampel 
N  = 320
e2 = 5%
n =                  320                 =          320                 =  310
               1+320 ( 0,01 )2                  1,032
Sampling
            Salah satu cara pengambilan sampel yang representatif adalah secara acak atau  random. Pengambilan sampel secara acak berarti setiap individu dalam populasi mempunyai peluang yang sama untuk dijadikan sampel. Sampel yang representatif, cara pengambilan sampel menggunakan proporsional random dengan cara diundi. Penghitungannya menggunakan rumus proporsi random sampling dengan cara diundi  .6
n1  =  n  x N1
         N   
Keterangan :
n1  =   banyaknya sampel di setiap kelas
n  =   banyaknya populasi di setiap kelas
N  =   banyaknya populasi seluruh kelas
N1  =   banyaknya sampel penelitian
n 1     = 40        x 310 = 39 siswa
            320

3.6 Teknik Pengumpulan Data
Mengumpulkan data merupakan kegiatan penting dalam sebuah penelitian. Dengan adanya data-data itulah peneliti menganalisisnya untuk kemudian dibahas dan disimpulkan dengan panduan serta referensi-referensi yang berhubungan dengan penelitian tersebut.
Dalam penelitian ini digunakan beberapa metode pengambilan data, yaitu :
a.    Metode Observasi
b.    Metode Bantu

3.7 Teknik Pengolahan Data
Dalam pengolahan data, digunakan :
a. Metode Observasi
Metode observasi adalah suatu teknik yang dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan secara teliti dan sistematis (Arikunto,2001:28). Observasi sebagai salah satu teknik untuk mengamati secara langsung dengan teliti, cermat dan hati-hati terhadap fenomena dalam pembelajaran fisika pada kompetensi dasar menguasai hukum fluida statis di SMA.
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan observasi terstruktur. Pendekatan ini berusaha lebih mengobjektifkan pelaksanaan pengamatan dengan menggunakan system tally atau diagram. Pengamat atau observer hanya memberi tanda setiap kali suatu gejala muncul dalam pengamatan. Tidak terdapat penilaian subjektif dari pengamatan terhadap sasaran pengamatan.
Observasi dilakukan oleh peneliti dan dua pengamat dengan cara melakukan pengamatan dan pencatatan mengenai pelaksanaan pembelajaran di kelas, aktivitas guru serta perilaku dan minat siswa selama pembelajaran berlangsung. Kriteria pemberian skor untuk tiap lembar observasi adalah sebagai berikut:
1. Lembar observasi aktivitas guru dalam pembelajaran STAD
1.    tidak sama sekali
2.    jarang
3.    selalu
4.    sering


2. Lembar observasi aktivitas siswa dalam pembelajaran STAD:
1.    banyak siswa yang melakukan aktivitas ≤ 25%
2.    banyak siswa yang melakukan aktivitas 26% - 50%
3.    banyak siswa yang melakukan aktivitas 51% - 75%
4.    banyak siswa yang melakukan aktivitas ≥ 75%

3. Lembar observasi aktivitas siswa dalam pembelajaran STAD:
0: tidak melakukan
1: dilakukan kurang baik
2: dilakukan cukup baik
3: dilakukan dengan baik
4: dilakukan sangat baik

b. Metode Bantu

Metode bantu dalam penelitian ini berupa catatan lapangan, dokumentasi dan angket.

1.    Catatan Lapangan
Catatan lapangan adalah catatan tertulis tentang apa yang didengar, dilihat dan dipikirkan dalam rangka pengumpulan data dan refleksi terhadap data penelitian kualitatif. Dalam hal ini catatan lapangan digunakan untuk mencatat kejadian-kejadian penting yang muncul pada saat proses pembelajaran fisika berlangsung. Catatan lapangan ini merupakan pengamatan yang dilakukan oleh guru dan peneliti. Catatan ini berisi tentang kejadian – kejadian yang muncul selama pembelajaan berlangsung, siapa yang bertanya, dan menyatakan sesuatu.
  1. Dokumentasi
Metode dokumentasi adalah sekumpulan catatan-catatan tentang peristiwa yang terjadi dimasa lampau atau baru terjadi. Dokumentasi ini bisa buku-buku. Seperti buku pribadi, buku presensi dan lainnya.
Dokumentasi yang digunakan untuk memperoleh data dalam penelitian ini dapat berupa data identitas siswa berupa nama dan nomor induk dan nilai ujian siswa dalam mata diklat. Dokumentasi selama pembelajaran berlangsung dapat berupa rekaman – rekaman dengan menggunakan alat bantu seperti kamera.
  1. Angket
Angket digunakan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran tipe STAD dalam kompetensi dasar menguasai hukum fluida statis  pada siswa guna memperkuat data yang diperoleh dari hasil observasi. Angket akan diberikan kepada siswa untuk dijawab, sehingga diharapkan dari jawaban siswa tersebut peneliti dapat mengetahui minat belajar siswa selama mengikuti proses belajar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar