Teknologi Pre – Crash
Salah satu faktor dominan yang menyebabkan
terjadinya kecelakaan adalah pengemudi yang ngantuk atau ugal-ugalan dalam
mengemudi. Secara garis besar penyebabnya adalah ketidak siapan pengemudi
menghentikan kendaraanya tepat waktu. Akibatnya kendaraan menabrak kendaraan
lain atau obyek lain di depanya, seperti pembatas jalan. Perusahaan-perusahaan
mobil ternama membaca masalah ini dan berhasil menciptakan sebuah solusi untuk
menanggulanginya.
Tengok saja Volvo yang mengeluarkan teknologi
mobil terbarunya yang dinamakan Collision Warning with Full Auto Brake
(CWAB).Ini adalah sebuah fitur yang disematkan pada mobil untuk melakukan
pengereman secara otomatis bila mobil mendeteksi adanya benda lain di depanya
pada jarak tertentu.
Cara kerjanya adalah system ini akan mendeteksi
adanya kendaraan di depan mobil kita melalui radar dan sensor kamera, lalu akan
memicu adanya pengereman otomatis pada jarak tertentu jika pengemudi tidak
menyadari adanya kendaraan di depanya yang dapat memicu terjadinya kecelakaan.
Jarak efektif system ini adalah 150 cm, pada jarak ini system akan memberi
peringatan melalui panel instrument, dan jika pengemudi tidak menyadarinya
kendaraan akan melakukan pengeremaan otomatis.
Selain itu Volvo juga mempunyai system city
safety. Fitur ini mampu memperkirakan jarak aman kendaraan dengan kendaraan
lain di depannya menggunakan sensor yang terpasang pada kendaraan. Jarak aman
ini dapat diatur sesuai keinginan pengendara misal 10 m, 6 m atau yang lainya.
Sensor ini juga mampu mendeteksi adanya kemacetan kendaraan di depan pada jarak
10 m, dan akan melakukan pengereman otomatis.
Toyota juga mempunyai system canggih ini yang
diberi nama Front-side Pre-crash Safety System dan Pre-crash Seatback, yang
dipakai Toyota Crown. System ini mampu memprediksi secara akurat sekenario akan
terjadinya kecelakaan. Agak berbeda dengan Volvo yang hanya memasang radarnya
ke arah depan, Toyota memasang radar yang bekerja secara diagonal ke kanan dan
ke kiri kendaraan.
Hal ini bukan saja untuk mendeteksi kendaraan
yang berada di depan mobil kita tetapi juga mendeteksi kendaraan yang melaju
kencang dari di sisi kanan atau kiri kita ketika sedang berada di
persimpangan.Bukan itu saja pre-crash juga mengendalikan banyak hal sperti
mengatur sandaran kursi dan sabuk pengaman pada kursi penumpang depan maupun
belakang.
System ini juga akan menegakan sandaran kursi
agar airbag dapat memberikan perlindungan maksimal saat terjadi goncangan
keras. Ini dimaksudkan untuk mengurangi resiko cidera leher akibat hentakan
yang kuat dari belakang. Toyota sendiri memasang alat ini pada mobil jenis
lexus LS 600 hl. Mobil ini dilengkapi fitur canggih sperti di atas yang
dinamakan Advanced Pre-Coalition System (APCS) dan Active Pedestrian Detection
System (APDS).
Garis besar system ini sama hanya saja pada
pendeteksian obyek mobil ini menggunakan sinar inframerah. Mobil ini
mampu merespon kendaraan yang melaju sangat pelan sekitar 8 km/jam ketika
sedang berjalan dengan kecepatan sekitar 64 km/jam dan dapat melakukan tindakan
untuk mencegah terjadinya kecelkaan dengan system pengereman otomatis dibarengi
dengan pengamanan pengendara dengan mengencangnya sabuk pengaman.
Pabrikan mobil lain yang menggunakan sitem
seperti ini adalah Fuji Heavy Industries Ltd (produsen Subaru). System ini
dinamakan EyeSight yang penggunaan perdananya disematakan pada mobil Subaru
Legacy. Agak sedikit berbeda system ini mengurangi resiko kecelakaan dengan
memasang kamera pada kaca spion mobil.
Kamera akan memantau kendaraan ataupun benda
lain yang berada di depan mobil kemudian menghitung jaraknya dan dikirim ke
sebuah sensor. Jika sensor mendeteksi terjadinya jarak yang memungkinkan
kecelakaan maka sensor akan memerintahkan rem untuk melakukan fungsinya
meskipun pengendara tidak menginjak pedal rem. Proses penghentian mobil hanya
membutuhkan waktu hitungan detik, dengan syarat kecepatan mobil tidak lebih
dari 30 mill/jam atau sekitar 48 km/jam.
Sebuah setudi yang dilakukan menunjukan bahwa
system pengereman otomatis seperti di atas umunya mengunakan gelombang
ultrasonic sebagai sensornya. Sistem seperti ini mampu bekerja secara akurat
pada jarak sekitar 52-48 cm, akan tetapi bisa saja setingan ini dirubah seperti
pada Volvo yang menerapkan jarak aman sekitar 150 cm. Sistem ini mempunyai
kelemahan yaitu tidak bisa mendeteksi adanya benda lunak dan menyerap gelombang
seperti spon atau busa, sebab gelombang yang dipancarkan akan terserap sempurna
oleh benda tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar