Jumat, 24 Mei 2013

Teknologi Pre – Crash



 Teknologi Pre – Crash


Salah satu faktor dominan yang menyebabkan terjadinya kecelakaan adalah pengemudi yang ngantuk atau ugal-ugalan dalam mengemudi. Secara garis besar penyebabnya adalah ketidak siapan pengemudi menghentikan kendaraanya tepat waktu. Akibatnya kendaraan menabrak kendaraan lain atau obyek lain di depanya, seperti pembatas jalan. Perusahaan-perusahaan mobil ternama membaca masalah ini dan berhasil menciptakan sebuah solusi untuk menanggulanginya.

Tengok saja Volvo yang mengeluarkan teknologi mobil terbarunya yang dinamakan Collision Warning with Full Auto Brake (CWAB).Ini adalah sebuah fitur yang disematkan pada mobil untuk melakukan pengereman secara otomatis bila mobil mendeteksi adanya benda lain di depanya pada jarak tertentu.

Cara kerjanya adalah system ini akan mendeteksi adanya kendaraan di depan mobil kita melalui radar dan sensor kamera, lalu akan memicu adanya pengereman otomatis pada jarak tertentu jika pengemudi tidak menyadari adanya kendaraan di depanya yang dapat memicu terjadinya kecelakaan. Jarak efektif system ini adalah 150 cm, pada jarak ini system akan memberi peringatan melalui panel instrument, dan jika pengemudi tidak menyadarinya kendaraan akan melakukan pengeremaan otomatis.

Selain itu Volvo juga mempunyai system city safety. Fitur ini mampu memperkirakan jarak aman kendaraan dengan kendaraan lain di depannya menggunakan sensor yang terpasang pada kendaraan. Jarak aman ini dapat diatur sesuai keinginan pengendara misal 10 m, 6 m atau yang lainya. Sensor ini juga mampu mendeteksi adanya kemacetan kendaraan di depan pada jarak 10 m, dan akan melakukan pengereman otomatis.

Toyota juga mempunyai system canggih ini yang diberi nama Front-side Pre-crash Safety System dan Pre-crash Seatback, yang dipakai Toyota Crown. System ini mampu memprediksi secara akurat sekenario akan terjadinya kecelakaan. Agak berbeda dengan Volvo yang hanya memasang radarnya ke arah depan, Toyota memasang radar yang bekerja secara diagonal ke kanan dan ke kiri kendaraan.

Hal ini bukan saja untuk mendeteksi kendaraan yang berada di depan mobil kita tetapi juga mendeteksi kendaraan yang melaju kencang dari di sisi kanan atau kiri kita ketika sedang berada di persimpangan.Bukan itu saja pre-crash juga mengendalikan banyak hal sperti mengatur sandaran kursi dan sabuk pengaman pada kursi penumpang depan maupun belakang.

System ini juga akan menegakan sandaran kursi agar airbag dapat memberikan perlindungan maksimal saat terjadi goncangan keras. Ini dimaksudkan untuk mengurangi resiko cidera leher akibat hentakan yang kuat dari belakang. Toyota sendiri memasang alat ini pada mobil jenis lexus LS 600 hl. Mobil ini dilengkapi fitur canggih sperti di atas yang dinamakan Advanced Pre-Coalition System (APCS) dan Active Pe­destrian Detection System (APDS).

Garis besar system ini sama hanya saja pada pendeteksian obyek mobil ini menggunakan sinar inframerah.  Mobil ini mampu merespon kendaraan yang melaju sangat pelan sekitar 8 km/jam ketika sedang berjalan dengan kecepatan sekitar 64 km/jam dan dapat melakukan tindakan untuk mencegah terjadinya kecelkaan dengan system pengereman otomatis dibarengi dengan pengamanan pengendara dengan mengencangnya sabuk pengaman.

Pabrikan mobil lain yang menggunakan sitem seperti ini adalah Fuji Heavy Industries Ltd (produsen Subaru). System ini dinamakan EyeSight yang penggunaan perdananya disematakan pada mobil Subaru Legacy. Agak sedikit berbeda system ini mengurangi resiko kecelakaan dengan memasang kamera pada kaca spion mobil.

Kamera akan memantau kendaraan ataupun benda lain yang berada di depan mobil kemudian menghitung jaraknya dan dikirim ke sebuah sensor. Jika sensor mendeteksi terjadinya jarak yang memungkinkan kecelakaan maka sensor akan memerintahkan rem untuk melakukan fungsinya meskipun pengendara tidak menginjak pedal rem. Proses penghentian mobil hanya membutuhkan waktu hitungan detik, dengan syarat kecepatan mobil tidak lebih dari 30 mill/jam atau sekitar 48 km/jam.

Sebuah setudi yang dilakukan menunjukan bahwa system pengereman  otomatis seperti di atas umunya mengunakan gelombang ultrasonic sebagai sensornya. Sistem seperti ini mampu bekerja secara akurat pada jarak sekitar 52-48 cm, akan tetapi bisa saja setingan ini dirubah seperti pada Volvo yang menerapkan jarak aman sekitar 150 cm. Sistem ini mempunyai kelemahan yaitu tidak bisa mendeteksi adanya benda lunak dan menyerap gelombang seperti spon atau busa, sebab gelombang yang dipancarkan akan terserap sempurna oleh benda tersebut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar