BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pelajaran fisika
adalah salah satu dari pelajaran yang berada dalam ilmu sains. Cara penyampaian
kepada siswa yang dilakukan oleh guru dalam pelajaran fisika harus benar –
benar sesuai dengan fakta yang ada. Oleh karena itu, materi yang ada dalam
pembelajaran biologi harus dijelaskan secara terperinci karena apabila tidak
maka akan terjadi kesalahan terhadap penjelasan dan mungkin bisa disalah
artikan dalam ilmunya.
Berdasarkan pengamatan, pembelajaran pada mata pelajaran
fisika khususnya pada kompetensi dasar menguasai hukum
fluida statis
masih
banyak guru yang menggunakan metode
ceramah disertai mencatat ini, masih berlangsung satu arah karena kegiatan
terpusat pada guru. Guru menjelaskan materi pelajaran sedangkan siswa
mendengarkan dan mencatat. Hal ini menyebabkan siswa yang belum jelas tidak
terdeteksi oleh guru.
Ketika diberi kesempatan untuk bertanya hanya sedikit
siswa yang melakukannya. Hal ini karena siswa takut atau bingung mengenai apa
yang mau ditanyakan. Selain itu siswa kurang terlatih dalam mengembangkan
ide-idenya dalam memecahkan masalah. Untuk mengatasi masalah tersebut
diperlukan model pembelajaran yang tepat, dimana dalam proses belajar mengajar
guru hendaknya memberikan kesempatan yang cukup kepada siswa untuk terlibat
aktif dalam pembelajaran, karena dengan keaktifan ini siswa dapat lebih
memahami, mendalami dari pengalaman yang ia peroleh dengan keaktifannya.
Pembelajaran kooperatif pada dasarnya adalah strategi
atau siasat dalam membelajarkan siswa. Artinya, bagaimana mengoptimalkan siswa
dalam melaksanakan aktivitas belajarnya agar mereka menguasai belajar dan
instruksional yang harus dicapainya. Dengan demikian pembelajaran kooperatif
bukan tujuan melainkan alat, sarana, cara untuk mencapai tujuan.
Disamping ditentukan oleh metode pembelajaran,
keberhasilan proses belajar mengajar juga ditentukan oleh intensitas belajar
siswa. Bagi siswa yang memiliki intensitas belajar yang tinggi maka akan
cenderung mendapatkan hasil belajar yang baik, namun bagi siswa yang kurang
atau tidak memiliki intensitas belajar maka cenderung akan memiliki hasil
belajar yang kurang.
Alternatif yang digunakan yaitu menggunakan model
pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Team Achievement Division) agar mengoptimalkan
siswa dalam melaksanakan aktivitas belajarnya untuk lebih mudah memahami dan
menguasai kompetensi dasar menguasai hukum fluida
statis
pada mata pelajaran fisika. Penelitian ini digunakan untuk menerapkan strategi
pemecahan masalah sebagai jawaban dari permasalahan. Pada model pembelajaran kooperatif tipe STAD ini
siswa dikelompokkan ke dalam kelompok kecil yang disebut tim. Kelompok
kecil yang heterogen dengan latar belakang cara berpikir yang berbeda untuk
saling membantu terhadap siswa lain yang membutuhkan bantuan. Dalam model ini,
diterapkan bimbingan antar teman, yaitu siswa yang pandai bertanggung jawab
kepada siswa yang lemah. Kemudian seluruh kelas diberikan presentasi materi pelajaran
sesuai dengan kompetensi dasar. Siswa kemudian diberikan tes. Nilai-nilai
individu digabungkan menjadi nilai tim..
B.
Identifikasi masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan yang terjadi,
beberapa permasalahan yang ada, antara lain:
1. Metode pembelajaran ceramah
yang diterapkan oleh guru terhadap kompetensi dasar menguasai hukum
fluida statis
pada mata pelajaran fisika kurang dapat membantu siswa dalam keterlibatan
pembelajaran, sehingga perlu dicari metode pembelajaran lain.
C. Pembatasan
Masalah
Berdasarkan latar belakang
permasalahan yang dapat diidentifikasi maka dalam penelitian ini difokuskan
untuk pencarian metode pembelajaran yang lebih efektif untuk meningkatkan keterlibatan
siswa dalam pembelajaran terhadap kompetensi dasar menguasai hukum
fluida statis pada mata pelajaran fisika , dalam
hal ini akan diterapkannya model pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student
Team Achievement Division)
D.
Perumusan Masalah
Dengan mengacu pada batasan masalah di
atas, dapat dirumuskan masalah, antara lain:
1. Bagaimanakah pengaruh model
pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Team Achievement Division) terhadap kompetensi dasar menguasai hukum fluida statis pada mata pelajaran fisika ?
E.
Tujuan Umum Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai dari
penelitian ini antara lain:
1. Untuk
mengetahui bagaimana pengaruh model pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student
Team Achievement Division) terhadap kompetensi dasar menguasai
hukum fluida statis
pada mata
pelajaran fisika .
F.
Manfaat Penelitian
1.
Dapat memberikan kontribusi pada dunia model
pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Team Achievement Division) terhadap kompetensi dasar menguasai hukum fluida statis pada mata pelajaran fisika.
BAB
II
Deksripsi
Teori, Penelitian yang Relevan, Kerangka Berpikir dan Pengajuan Hipotesis
2.1. Deskripsi Teori
A.
Pengertian Model Pembelajaran
Pemilihan model dan metode pembelajaran
menyangkut strategi dalam pembelajaran. Strategi pembelajaran adalah
perencanaan dan tindakan yang tepat dan cermat mengenai kegiatan pembelajaran
agar kompetensi dasar dan indicator pembelajarannya dapat tercapai.
Pembelajaran adalah upaya menciptakan iklim dan pelayanan terhadap kemampuan,
potensi, minat, bakat, dan kebutuhan peserta didik yang beragam agar terjadi
interaksi optimal antara guru dengan siswa serta antara siswa dengan siswa
(Suyitno, 2002:28). Jadi, pada prinsipnya strategi pembelajaran sangat terkait
dengan pemilihan model dan metode pembelajaran yang dilakukan guru dalam
menyampaikan materi bahan ajar kepada para siswa. Pada saat ini banyak
dikembangkan model-model pembelajaran, membuat model pembelajaran yang dapat
diterapkan oleh para guru sangat beragam.
B.
Pengertian Kooperatif
Tujuan pada kooperatif itu sendiri adalah keberhasilan
seseorang dalam mencapai sesuatu karena keberhasilan orang lain, dalam hal ini
peran penting dari orang lain sangat berperan penting.
C.
Pengertian Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif (Cooperative
Learning) mencakup suatu kelompok kecil siswa yang bekerja sebagai sebuah
tim untuk menyelesaikan suatu masalah, menyelesaikan suatu tugas atau
mengerjakan sesuatu untuk mencapai tujuan bersama lainnya. Bukanlah
pembelajaran kooperatif jika siswa duduk bersama dalam kelompok-kelompok kecil
dan mempersilakan salah seorang diantaranya untuk menyelesaikan pekerjaaan
seluruh kelompok. Pembelajaran kooperatif menekankan pada kehadiran teman
sebaya yang berinteraksi antar sesamanya sebagai sebuah tim dalam menyelesaikan
atau membahas sebuah masalah atau tugas.
Slavin (1984) mengatakan bahwa Cooperative
Learning adalah satu model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja
dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari 4
sampai 6 orang. Dengan struktur kelompoknya yang bersifat heterogen.
Selanjutnya dikatakan juga, keberhasilan belajar dari kelompok tergantung pada
kemampuan dan aktivitas anggota kelompok, baik secara individual maupun secara
kelompok.
Pembelajaran kooperatif lebih dari sekedar
belajar kelompok atau kelompok kerja, karena belajar dalam model pembelajaran
ini harus ada “struktur dorongan dan tugas yang bersifat kooperatif” sehingga
memungkinkan terjadinya interaksi secara terbuka dan hubungan – hubungan yang
bersifat interdependensi yang efektif di antara anggota kelompok (Slavin,
1983;Stahl, 1994).
Di samping itu, pola hubungan kerja seperti
itu memungkinkan timbulnya persepsi yang positif tentang apa yang dapat mereka
lakukan untuk berhasil berdasarkan kemampuan dirinya secara individual dan
sumbangsih dari anggota lainnya selama mereka belajar secara bersama-sama dalam
kelompok. Stahl (1994) mengatakan bahwa model pembelajaran cooperative
learning menempatkan siswa sebagai bagian dari suatu sistem kerja sama
dalam mencapai suatu hasil yang optimal dalam belajar. Model pembelajaran ini
berangkat dari asumsi mendasar dalam kehidupan masyarakat, yaitu “getting
together”, atau “raihlah yang lebih baik secara bersama-sama” Slavin, 1992)
Berikut langkah – langkah dan peran guru
dalam mengaplikasian pembelajaran kooperatif :
No.
|
Langkah-langkah
|
Peran Guru
|
1
|
Menyampaikan tujuan
dan memotivasi siswa
|
Guru menyampaikan
tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dan memberi motivasi siswa agar dapat
belajar dengan aktif dan kreatif
|
2
|
Menyajikan informasi
|
Guru menyajikan informasi
kepada siswa dengan cara demonstrasikan atau lewat bahan bacaan
|
3
|
Mengorganisasikan
siswa dalam kelompok-kelompok
|
Guru menjelaskan
kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap
kelompok agar melakukan transisi secara efisien
|
4
|
Membimbing kelompok
bekerja dan belajar
|
Guru membimbing
kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas-tugas
|
5
|
Evaluasi
|
Guru mengevaluasi
hasil belajar tentang materi yang dipelajari dan juga terhadap presentasi
hasil kerja masing-masing kelompok
|
6
|
Memberi penghar-gaan
|
Guru mencari cara-cara
untuk menghargai upaya atau hasil belajar individu maupun kelompok
|
Ciri-ciri Pembelajaran Kooperatif
a. Siswa bekerja dalam kelompok
secara kooperatif untuk menuntaskan materi belajarnya.
b. Kelompok dibentuk dari siswa
yang memiliki kemampuan tinggi, sedang, dan rendah.
c. Anggota kelompok berasal dari
ras, budaya, suku, jenis kelamin berbeda-beda.
d. Penghargaan lebih berorientasi
kelompok ketimbang individu.
Tujuan Pembelajaran Kooperatif
a. Hasil Belajar Akademik.
b. Penerimaan terhadap perbedaan
individu
c. Pengembangan Ketrampilan
Sosial
D. Pengertian model
pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
Model
pembelajaran Kooperatif Tipe STAD ini merupakan salah satu tipe dari model
pembelajaran kooperatif dengan menggunakan kelompok – kelompok kecil dengan
jumlah anggota tiap kelompok 4 – 5 orang siswa secara heterogen
Model ini dipandang sebagai metode yang paling sederhana dan
langsung dari pendekatan pembelajaran kooperatif. Metode ini paling awal
ditemukan dan dikembangkan oleh para peneliti pendidikan di John Hopkins
Universitas Amerika Serikat dengan menyediakan suatu bentuk belajar kooperatif.
Di dalamnya siswa diberi kesempatan untuk
melakukan kolaborasi dan elaborasi dengan teman sebaya dalam bentuk diskusi
kelompok untuk memecahkan suatu permasalahan” (Arindawati, 2004: 83 - 84).
Slavin (dalam Nur,2000:26) menyatakan bahwa pada
STAD siswa ditempatkan dalam tim belajar beranggotakan 4-5orang yang merupakan
campuran menurut tingkat prestasi, jenis kelamin dan suku. Guru menyajikan
pelajaran dan kemudian siswa bekerja dalam tim mereka memastikan bahwa seluruh
anggota tim telah menguasai pelajaran. Kemudian seluruh siswa diberikan tes
tentang materi, pada tes mereka tidak diperbolehkan saling membantu.
Seperti halnya pembelajaran lainnnya ,
pembelajaran kooperatif tipe STAD ini juga membutuhkan persiapan yang matang
sebelum kegiatan pembelajaran dilaksanakan.
Persiapan -
persiapan tersebut antara lain :
B. Membentuk Kelompok Kooperatif
C. Menentukan skor awal
D. Pengaturan tempat duduk
E.Kerja kelompok
Langkah – langkah pembelajaran kooperatif tipe
STAD didasarkan pada langkah – langkah kooperatif yang terdiri atas enam
langkah atau fase.Fase – fase dalam pembelajaran seperti disajikan dalam tabel
:
|
Fase
|
Kegiatan
Guru
|
1
|
Fase
1
Menyampaikan
tujuan dan memotivasi siswa
|
Guru menyampaikan semua
tujuan pembelajaranyang ingin dicapai pada pelajaran ke siswa dan memotivasi
siswa dalam belajar
|
2
|
Fase
2
Menyajikan
/ menyampaikan informasi
|
Guru menyajikan
informasi kepada siswa dengan jalan mendemonstrasikan atau lewat bahan bacaan
|
3
|
Fase
3
Mengorganisasikan
siswa dalam kelompok – kelompok belajar
|
Guru menjelaskan
kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap
kelompok agar melakukan transisi secara efisien
|
4
|
Fase
4
Membimbing
kelompok bekerja dan belajar
|
Guru membimbing
kelompok – kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka
|
5
|
Fase
5
Evaluasi
|
Guru mengevaluasi
hasil belajar tentang materi yang telah diajarkan atau masing – masing
kelompok mempesentasikan hasil kerjanya
|
6.
|
Fase
6
Memberikan
penghargaan
|
Guru mencari cara –
cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok
|
Penghargaan atas keberhasilan kelompok dapat dilakukan
oleh guru dengan melakukan tahapan – tahapan sebagai berikut :
A. Menghitung skor individu
Menurut Slavin (dalam Ibrahim,dkk.2000)
untuk memberikan skor perkembangan individu dihitung seperti pada tabel :
Perhitungan Skor Perkembangan
Nilai Tes
|
Skor
Perkembangan
|
Lebih
dari 10 poin dibawah skor awal ...
10
poin dibawah sampai 1 poin dibawah skor awal ....
Skor
awal sampai 10 poin diatas skor awal ...
Lebih
dari 10 poin diatas skor awal ...
Nilai
sempurna ( tanpa memperhatikan skor awal ) ...
|
0
poin
10
poin
20
poin
30
poin
30
poin
|
B. Menghitung
Skor Kelompok
Skor
kelompok ini dihitung dengan membuat rata – rata skor perkembangan anggota
kelompok, yaitu dengan menjumlah semua skor perkembangan yang diperoleh anggota
kelompok dibagi dengan jumlah anggota kelompok. Sesuai dengan rata – rata skor
perkembangan kelompok, diperoleh kategori skor kelompok seperti pada tabel :
Tingkat
Penghargaan Kelompok
Rata – rata tim
|
Predikat
|
0 ≤
x ≥ 5
5
≤ x ≤ 15
15
≤ x ≤ 25
25
≤ x ≤ 30
|
-
Tim
baik
Tim
hebat
Tim
super
|
Sumber : Ratumanan,2002
C. Pemberian hadiah dan pengakuan
skor kelompok
Setelah masing – masing kelompok
memperoleh predikat, guru memberikan hadiah / penghargaan kepada masing – masing
kelompok sesuai dengan predikatnya.
Dari tinjauan
tentang pembelajaran kooperatif tipe STAD ini menunjukan bahwa pembelajaran
kooperatif tipe STAD merupakan tipe pembelajaran kooperatif yang cukup
sederhana. Dikatakan demikian karena kegiatan pembelajaran yang dilakukan masih
dekat kaitannya dengan pembelajaran konvensional. Hal ini dapat dilihat pada
fase 2 dari fase – fase pembelajaran kooperatif tipe STAD, yaitu adanya
penyajian informasi atau materi pelajaran. Perbedaan model ini dengan model
konvensional terletak pada adanya pemberian penghargaan pada kelompok.
E.
Pengertian Kompetensi Dasar
Kompetensi merupakan perpaduan dari pengetahuan,
ketrampilan nilai dan sikap yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan
bertindak. Dalam hal ini kompetensi diartikan sebagai pengetahuan, ketrampilan
dan kemampuan yang dikuasai oleh seseorang yang telah menjadi bagian dari
dirinya, sehingga ia dapat melakukan perilaku kognitif, afektif, dan
psikomotorik dengan sebaik-baiknya. Hal ini menunjukkan bahwa kompetensi
mencakup tugas, ketrampilan, sikap dan apresiasi yang harus dimiliki oleh
peserta didik untuk dapat melaksanakan tugas-tugas pembelajaran sesuai dengan
jenis pekerjaan tertentu.
Dalam kurikulum kompetensi sebagai tujuan
pembelajaran itu dideskripsikan secara eksplisit, sehingga dijadikan standart
dalam pencapaian tujuan kurikulum. Baik guru maupun siswa perlu memahami
kompetensi yang harus dicapai dalam proses pembelajaran. Pemahaman ini
diperlukan dalam merencanakan strategi dan indicator keberhasilan. Ada beberapa
aspek didalam kompetensi sebagai tujuan, antara lain:
- Pengetahuan (knowlegde) yaitu kemampuan dalam bidang kognitif
- Pemahaman (understanding) yaitu kedalaman pengetahuan yang dimiliki setiap individu
- Kemahiran (skill)
- Nilai (value) yaitu norma-norma untuk melaksanakan secara praktik tentang tugas yang dibebankan kepadanya
- Sikap (attitude) yaitu pandangan individu terhadap sesuatu
- Minat (interest) yaitu kecenderungan individu untuk melakukan suatu perbuatan
Sesuai aspek diatas maka tampak bahwa kompetensi
sebagai tujuan dalam kurikulum yang bersifat kompleks artinya kurikulum
berdasarkan kompetensi bertujuan untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman
kecakapan, nilai, sikap dan minat siswa agar mereka dapat melakukan sesuatu
dalam bentuk kemahiran disertai tanggung jawab. Dengan demikian tujuan yang
ingin dicapai dalam kompetensi ini bukanlah hanya sekedar pemahaman akan materi
pelajaran, akan tetapi bagaimana pemahaman dan penguasaan materi itu dapat
mempengaruhi cara bertindak dan berperilaku dalam kehidupan sehari-hari.
Sehingga Kompetensi Dasar adalah pengetahuan,
ketrampilan dan sikap minimal yang harus dikuasai oleh peserta didik dalam
penguasaan materi pelajaran yang diberikan dalam kelas pada jenjang pendidikan
tertentu. Juga merupakan perincian atau penjabaran lebih lanjut dari standar
kompetensi. Adapun penempatan komponen Kompetensi Dasar dalam silabus sangat
penting, hal ini berguna untuk mengingatkan para guru seberapa jauh tuntutan
target kompetensi yang harus dicapainya. Kompetensi dasar dirumuskan dengan
menggunakan kata – kata kerja operasional, yaitu kata kerja yang dapat diamati
dan diukur.
2.2. Penelitian yang Relevan
Sebelum melakukan penelitian ini,
peneliti telah menelusuri beberapa hasil penelitian terdahulu yang memiliki
keterkaitan dengan penenlitian yang peneliti lakukan ini. Dari beberapa contoh
judul penelitian terdahulu memang memiliki keterkaitan dari segi masalah yaitu
mencari tahu tentang hubungan dan pengaruh akan tetapi objek dan sasarannya
yang berbeda. Oleh karena itu peneliti memilih masalah tentang Pengaruh Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
Terhadap
Kompetensi Dasar Menguasai Hukum Fluida Statis pada Mata Pelajaran Fisika.
2.3. Kerangka Berpikir
Metode pembelajaran merupakan salah satu
komponen dalam pembelajaran yang mempunyai arti kegiatan-kegiatan guru selama
proses pembelajaran berlangsung. Semakin tepat memilih metode pembelajaran
diharapkan makin efektif dalam mencapai tujuan. Oleh karena itu guru perlu
memperhatikan dalam memilih metode pembelajaran sehingga jangan sampai keliru
dalam menentukan metode pembelajaran yang berakibat kurang efektifnya
pembelajaran di sekolah.
Kompetensi dasar adalah pengetahuan,
keterampilan dan sikap yang minimal harus dikuasai peserta didik untuk
menunjukan bahwa siswa telah menguasai standar kompetensi yang ditetapkan.
Metode pembelajaran model STAD merupakan
model pembelajaran yang mempunyai strategi pembelajaran penerapan bimbingan
antar teman. Melalui metode ini siswa diajak belajar mandiri, dilatih untuk mengoptimalkan
kemampuannya dalam menyerap informasi ilmiah yang dicari, dilatih menjelaskan
temuannya kepada pihak lain dan dilatih untuk memecahkan masalah.
Melalui metode ini siswa diajak lebih
berpikir dan memahami materi pelajaran fisika khususnya pada kompetensi dasar
menguasai hukum fluida statis dengan tidak hanya mendengar, menerima dan
mengingat - ingat saja. Namun dengan model ini keaktifan, kemandirian, ketrampilan
siswa meningkat dan tentu saja dengan model Pembelajaran Tipe STAD dapat
membantu siswa dalam menguasai kompetensi dasar pada hukum fluida Statis dengan
bantuan dari teman. Oleh karena itu penulis beranggapan bahwa kompetensi dasar
menguasai hukum fluida statis tepat apabila disampaikan dengan menggunakan
model pembelajaran STAD.
2.3. Hipotesis Penelitian
Karena
masalah yang diteliti merupakan usaha untuk mencari ada tidaknya pengaruh, maka
ada 2 hipotesis yang muncul, yakni :
1.
Hipotesis Kerja ( Ha )
Adanya
pengaruh Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
Terhadap
Kompetensi Dasar Menguasai Hukum Fluida Statis pada Mata Pelajaran Fisika.
2.
Hipotesis Nihil ( Hi )
Tidak
ada pengaruh Model Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
Terhadap
Kompetensi Dasar Menguasai Hukum Fluida Statis pada Mata Pelajaran Fisika.
BAB
III
Metodologi
Penelitian
Metode penelitian adalah cara-cara
atau langkah-langkah yang akan dilakukan dalam penelitian. Dalam penelitian
untuk mendapatkan kebenaran yang representatif dan mengarah pada tujuan harus
memilih prosedur secara tepat. Memilih prosedur penelitian yang tepat merupakan
bagian yang ikut menentukan tingkat kesahihan hasil penelitian. Oleh karena itu
penjelasan mengenai prosedur penelitian sebagai pertanggungjawaban metode yang
digunakan sangat diperlukan.
3.1 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian yang dilakukan untuk
mengetahui pengaruh model pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Team
Achievement Division) terhadap kompetensi
dasar menguasai hukum fluida statis pada mata pelajaran
fisika.
3.2 Waktu dan Lokasi Penelitian
Yang menjadi lokasi pada penelitian
ini adalah siswa kelas 3 SMA Negeri 5 Bekasi, alasan memilih SMA Negeri 5 Bekasi
kelas 3 dikarenakan faktor lokasi dan
keadaan dimana peneliti merasa perlu melakukan penelitian ini. Rencana dan
waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan penelitian ini selama 3 bulan, mulai
dari bulan Januari dan berakhir pada bulan Maret 2013. Penelitian ini bertempat
di SMA Negeri 5 Bekasi.
Jadwal Penelitian
No
|
Tahapan Kegiatan
|
Waktu Pelaksanaan
|
||
Januari ‘13
|
Februari ‘13
|
Maret ‘13
|
||
1
|
Persiapan
|
|
|
|
2
|
Observasi
|
|
|
|
3
|
Angket
|
|
|
|
4
|
Dokumentasi
|
|
|
|
3.3 Variabel Penelitian
1. Variabel Terikat
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah model pembelajaran
kooperatif tipe STAD (Student
Team Achievement Division )
2. Variabel Bebas
Variabel
bebas dalam penelitian
ini adalah kompetensi dasar menguasai hukum fluida statis pada mata pelajaran
fisika.
3.4 Metode Penelitian
Metode penelitian merupakan rencana tentang
cara mengumpulkan dan menganalisis data agar dapat dilaksanakan secara ekonomis
serta serasi dengan tujuan penelitian itu. Penelitian ini merujuk proses
penelitian yang telah disampaikan oleh Kemmis & Taggart, yang meliputi
persiapan, implementasi tindakan, observasi dan interpretasi, dan refleksi.
Dari langkah-langkah penelitian menurut Kemmis
& Taggart, maka peneliti melakukan langkah-langkah tindakan yaitu :
1. Persiapan
Persiapan yang dilakukan peneliti disusun
untuk memperbaiki, meningkatkan proses dan hasil belajar di kelas pada mata
pelajaran fisika khususnya pada kompetensi dasar menguasai hukum fluida statis.
Persiapan yang dilakukan oleh peneliti
meliputi :
a. Observasi
Observasi dilakukan
oleh peneliti untuk mengetahui permasalahan-permasalahan yang terjadi di dalam
kegiatan belajar – mengajar di kelas pada mata pelajaran fisika.
- Identifikasi Permasalahan
Dari permasalahan
yang dapat diidentifikasi, peneliti memilih sebuah permasalahan yang dapat
dijadikan sebagai bahan penelitian untuk meningkatkan kualitas pembelajaran
pada kompetensi dasar menguasai hukum fluida statis dalam mata pelajaran fisika.
c. Dialog Awal
Dialog
awal dilakukan oleh peneliti dan guru untuk mencari jalan keluar dari
permasalahan yang telah diobservasi dan ditentukan, dan juga tindakan-tindakan
yang akan dilakukan oleh guru untuk dapat meningkatkan minat belajar siswa
dengan metode belajar kooperatif.
Dalam dialog awal
membicarakan model dan alternatif pembelajaran yang akan dipraktekkan dan
dikembangkan, sehingga diperoleh kesepakatan untuk menggunakan metode
pembelajaran kooperatif tipe STAD pada kompetensi dasar menguasai hukum fluida
statis dalam mata pelajaran fisika.
2.
Perencanaan Tindakan Pembelajaran
Perencanaan ini merujuk dari hasil dialog awal antara
peneliti dan guru yang lebih berpengalaman terhadap siswa yang akan diberikan
tindakan. Dan hasil dari dialog awal tadi telah ditemukan masalah-masalah dan
juga metode pembelajaran yang dapat dilakukan pada kompetensi dasar menguasai
hukum fluida statis. Sehingga disusunlah perencanaan tindakan-tindakan yang
akan diberikan kepada siswa, yaitu:
Menyampaikan prosedur dari metode
pembelajaran kooperatif tipe STAD, agar siswa mengetahui dan mulai belajar
menggunakan metode tersebut.
a.
Guru
membagi 4 – 6 siswa dalam satu kelompok secara acak dengan perbedaan tingkatan
prestasi belajar dan keaktifannya.
b.
Guru
menyampaikan materi ajar sesuai dengan komptensi dasar menguasai hukum fluida
statis yang telah disusun dengan
menggunakan prosedur model pembelajaran STAD.
c.
Guru
memberikan pertanyaan kepada siswa dalam kelompok untuk dijawab. Siswa
diberikan waktu untuk bertanya kepada teman lain dalam kelompok, dan saling
bertukar pendapat antar siswa. Sebagai contoh siswa diberi 3 pertanyaan untuk
dikerjakan, setelah tiga pertanyaan dikerjakan siswa dapat kembali mengerjakan
3 soal berikutnya. Guru juga akan memberikan tugas bagi kelompok untuk
dikerjakan.
d.
Penilaian
akan diberikan dengan melihat hasil nilai rata-rata tiap siswa dan tugas
kelompok.
3.
Implementasi Tindakan
Implementasi tindakan adalah apa yang
akan dilakukan oleh peneliti sebagai upaya untuk memperbaiki dan meningkatkan
kondisi pembelajaran yang ada sehingga kondisi yang diharapkan dapat tercapai.
Pelaksanaan tindakan yang dilakukan
oleh guru yang akan diobservasi. Guru menjadi mitra atau action research,
karena guru berfungsi sebagai pengelola kegiatan belajar mengajar. Sehingga
yang akan tampil sebagai aktor utama dalam tindakan ini adalah guru kelas.
Pada tahap ini dalam pelaksanaan
pengajaran di kelas lebih mengarah pada substansi yang menjadi permasalahan
pokok yaitu pengaruh model pembelajaran tipe STAD terhadap kompetensi dasar
menguasai hukum fluida statis pada mata pelajaran fisika.
4. Observasi dan Interpretasi
Peneliti mengamati hasil dan dampak
dari tindakan yang telah dilakukan. Observasi adalah upaya merekam segala
peristiwa dan kegiatan yang terjadi selama tindakan itu berlangsung. Observasi
ini harus bersifat terbuka dan pemikirannya. Observasi terhadap proses tindakan
yang sedang dilaksanakan untuk mendokumentasikan pengaruh tindakan yang
dilaksanakan, berorientasi kemasa yang akan datang bagi kegiatan refleksi.
Pada waktu observasi dilakukan,
observer mengamati proses pembelajaran pada kompetensi dasar menguasai hukum
fluida statis dan mengumpulkan data mengenai segala sesuatu yang terjadi pada
proses pembelajaran tersebut baik yang terjadi pada guru, siswa maupun situasi
kelas, perlu diingat bahwa observer hanya mencatat apa yang dilihat dan
didengar bukan memberikan penilaian.
5. Refleksi
Data hasil pengamatan dan evaluasi
selanjutnya dianalisis secara diskriptif untuk melakukan refleksi. Dalam
kegiatan refleksi ini, peneliti melakukan diskusi dengan guru untuk melihat
kendala yang dialami siswa dalam pembelajaran tentang kompetensi dasar
menguasai hukum fluida statis, dan mencari solusi bagaimana cara yang tepat
untuk mengatasi kendala tersebut. Yang terpenting, dalam refleksi ini peneliti
melakukan evaluasi terhadap apa yang telah dilakukan, apakah telah sesuai
dengan rancangan skenario yang telah dibuat. Jika ternyata belum sesuai dengan
yang diharapkan maka perlu adanya rancangan ulang berupa perbaikian, modifikasi
dan atau jika dirasakan sangat perlu, maka akan disusun skenario baru untuk
melakukan siklus berikutnya.
3.5 Teknik Pengambilan Sampel
Penelitian
ini populasinya homogen (siswa), maka
penelitian ini adalah penelitian sampel. Menentukan besarnya sampel menggunakan
rumus Slovin (dalam Umar, 2003: 120).
n =
N
1 + N e2
di mana:
1 =
konstanta
n = ukuran
sampel
N = ukuran
populasi
e2 = kelonggaran ketidaktelitian karena
kesalahan pengambilan sampel yang dapat ditolerir.
Diketahui :
1 =
konstanta
n = ukuran
sampel
N = 320
e2 = 5%
n = 320 = 320 = 310
1+320 ( 0,01 )2 1,032
Sampling
Salah
satu cara pengambilan sampel yang representatif adalah secara acak atau random. Pengambilan sampel secara acak
berarti setiap individu dalam populasi mempunyai peluang yang sama untuk
dijadikan sampel. Sampel yang representatif, cara pengambilan sampel
menggunakan proporsional random dengan cara diundi. Penghitungannya menggunakan
rumus proporsi random sampling dengan cara diundi .6
n1
= n x N1
N
Keterangan :
n1
= banyaknya sampel di setiap
kelas
n = banyaknya populasi di setiap kelas
N = banyaknya populasi seluruh kelas
N1
= banyaknya sampel penelitian
n 1 = 40 x
310 = 39 siswa
320
3.6 Teknik Pengumpulan Data
Mengumpulkan data merupakan kegiatan
penting dalam sebuah penelitian. Dengan adanya data-data itulah peneliti
menganalisisnya untuk kemudian dibahas dan disimpulkan dengan panduan serta
referensi-referensi yang berhubungan dengan penelitian tersebut.
Dalam penelitian ini digunakan beberapa
metode pengambilan data, yaitu :
a. Metode Observasi
b. Metode Bantu
3.7 Teknik Pengolahan Data
Dalam
pengolahan data, digunakan :
a. Metode Observasi
Metode observasi adalah suatu teknik yang
dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan secara teliti dan sistematis
(Arikunto,2001:28). Observasi sebagai salah satu teknik untuk mengamati secara
langsung dengan teliti, cermat dan hati-hati terhadap fenomena dalam
pembelajaran fisika pada kompetensi dasar menguasai hukum fluida statis di SMA.
Dalam penelitian ini peneliti
menggunakan pendekatan observasi terstruktur. Pendekatan ini berusaha lebih
mengobjektifkan pelaksanaan pengamatan dengan menggunakan system tally atau
diagram. Pengamat atau observer hanya memberi tanda setiap kali suatu gejala
muncul dalam pengamatan. Tidak terdapat penilaian subjektif dari pengamatan
terhadap sasaran pengamatan.
Observasi dilakukan oleh peneliti dan dua
pengamat dengan cara melakukan pengamatan dan pencatatan mengenai pelaksanaan
pembelajaran di kelas, aktivitas guru serta perilaku dan minat siswa selama
pembelajaran berlangsung. Kriteria pemberian skor untuk tiap lembar observasi
adalah sebagai berikut:
1. Lembar observasi aktivitas guru dalam pembelajaran STAD
1. tidak sama sekali
2. jarang
3. selalu
4. sering
2. Lembar observasi aktivitas siswa dalam pembelajaran STAD:
1. banyak siswa yang melakukan
aktivitas ≤ 25%
2. banyak siswa yang melakukan
aktivitas 26% - 50%
3. banyak siswa yang melakukan
aktivitas 51% - 75%
4. banyak siswa yang melakukan
aktivitas ≥ 75%
3. Lembar observasi aktivitas siswa dalam pembelajaran STAD:
0: tidak melakukan
1: dilakukan kurang baik
2: dilakukan cukup baik
3: dilakukan dengan baik
4: dilakukan sangat baik
b. Metode Bantu
Metode bantu dalam penelitian ini berupa catatan
lapangan, dokumentasi dan angket.
1. Catatan Lapangan
Catatan lapangan
adalah catatan tertulis tentang apa yang didengar, dilihat dan dipikirkan dalam
rangka pengumpulan data dan refleksi terhadap data penelitian kualitatif. Dalam
hal ini catatan lapangan digunakan untuk mencatat kejadian-kejadian penting
yang muncul pada saat proses pembelajaran fisika berlangsung. Catatan lapangan
ini merupakan pengamatan yang dilakukan oleh guru dan peneliti. Catatan ini
berisi tentang kejadian – kejadian yang muncul selama pembelajaan berlangsung,
siapa yang bertanya, dan menyatakan sesuatu.
- Dokumentasi
Metode dokumentasi
adalah sekumpulan catatan-catatan tentang peristiwa yang terjadi dimasa lampau
atau baru terjadi. Dokumentasi ini bisa buku-buku. Seperti buku pribadi, buku
presensi dan lainnya.
Dokumentasi yang
digunakan untuk memperoleh data dalam penelitian ini dapat berupa data
identitas siswa berupa nama dan nomor induk dan nilai ujian siswa dalam mata
diklat. Dokumentasi selama pembelajaran berlangsung dapat berupa rekaman –
rekaman dengan menggunakan alat bantu seperti kamera.
- Angket
Angket digunakan
untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran tipe STAD dalam kompetensi dasar
menguasai hukum fluida statis pada siswa
guna memperkuat data yang diperoleh dari hasil observasi. Angket akan diberikan
kepada siswa untuk dijawab, sehingga diharapkan dari jawaban siswa tersebut
peneliti dapat mengetahui minat belajar siswa selama mengikuti proses belajar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar